Sepi adalah Hal yang Harus ditebus Daripada Bertahan Bersama Seseorang yang Salah.

 

 Setelah 2 tahun aku mencoba berdamai dengan luka-luka yang digoreskan oleh sikapmu, aku semakin mengenal diriku sendiri, aku semakin beranjak pada kesadaran diri yang membantuku dalam menetapkan batasan agar aku tidak kembali dipermainkan oleh lelaki sepertimu. Sebelum malam itu, malam dimana kau menunjukkan jawaban dengan tidak sadar terhadap apa yang aku cari dan tindakan apa yang akan kuambil, aku masih membuka sedikit celah hatiku agar kau bisa merubahnya, agar kau bisa menggunakan kesempatan yang kecil itu untuk memperbaiki hubungan rumah tangga yang telah rusak, dan kembali bersama dengan anak-anak. Tapi memang semesta berkata lain, semesta merasakan dan mengenali pola pikir yang sekarang aku yakini tentangmu, semua tentangmu. Bahwa ada keraguan yang begitu besar di dalam diriku tiapkali kau hadir kembali. Sehingga dengan dihadirkannya kemampuanku untuk menyadari hal-hal kecil, aku jadi bisa memilah dan menganalisa sikap yang kau tunjukkan adalah argumen terkuat dan tak terbantahkan untukku tetap bertahan pada kesendirian.

                Aku memang takut akan kesendirian, karena di kondisi itu memicuku untuk memikirkan banyak hal yang tidak relevan dengan tujuanku saat ini, dan hanya menguras energi mentalku. Namun, aku merubah cara pandangku terhadap kesepian. Bahwa pada kondisiku saat ini sepi adalah situasi terbaik untuk merefleksikan apa-apa yang sudah aku ambil sebagai keputusan hidupku, situasi untukku melihat lebih dalam dan melatih tingkat kesadaran diriku agar aku bisa terbebas dari perilaku-perilaku kecil yang menggerogotiku dari dalam, khususnya sikapmu yang begitu mudah datang-pergi ke dalam hidupku, menawarkan bahagia yang instan dan hanya menginginkan kepuasan seksual.

                Sekarang, aku mengambil nafas lega, karena yang aku sadari, bersamamu hanya mendapatkan perasaan ditemani secara fisik, namun tidak secara emosional dan kognitif. Kognitifku tumpul, emosionalku tetap merasa sepi. Aku merasa kita berada di dalam satu atap, namun diriku tetap terisolasi, karena kerapkali aku mengungkapkan apa yang aku rasa, kau tidak mengerti. Definisi mengerti menurutku itu apa? Adalah ketika kau bisa mengaitkan satu ceritaku ke apa yang aku rasakan berikutnya, dan bagaimana dari peristiwa yang aku ceritakan kepadamu dapat membuatku berpikir rumit. Sehingga, dari situ kau bisa mengambil sikap yang sesuai dengan kondisinya, sederhananya, ketika aku mudah sekali menangis, aku tidak mendapatkan cap sebagai orang yang berlebihan karena kau mengerti bagaimana kondisi mentalku dan kerentanan mentalku. Namun nyatanya, kau memang belum berada di tahap menyadari perasaan dan pikiran orang lain karena kau sendiri masih meraba-raba terkait siapa dirimu,apa potensimu, apa yang kau inginkan di hidup ini, dan apa yang seharusnya kau ubah. Kau masih jauh berada di bawah sana, menikmati masa muda yang tidak berinvestasi apa-apa di masa depan kecuali menghancurkan kesempatan-kesempatan untuk membangun kehidupanmu yang lebih baik di kemudian hari.

                Selain sakit hati yang menjadi bahan bakar untukku bangkit, ada hal yang lebih memperkuat bagaimana aku harus mengambil keputusan ketika nanti kau kembali, yaitu kesenjangan dari berbagai aspek yang tidak bisa ditoleransi untuk seumur hidup. Caramu memandang sesuatu, caramu menyikapi sesuatu, dan caramu menjalani kehidupanmu, adalah tiga hal utama yang tidak bisa kutoleransi dengan apa yang aku yakini. Kapasitasmu dalam pengetahuanmu terbatas, sehingga kau tidak bisa untuk berpikir connecting the dots karena kau terbatas dalam mengakses informasi yang ada di kepalamu karena memang tidak memilikinya. Dan buruknya, kau tidak ingin berusaha untuk mengisi kekosongan kognitifmu. Maka, hal-hal yang tidak logis, tidak masuk akal, yang menurutku itu akan membawa kepada kestabilan dari sikap kita masing-masing, menjadi sesuatu yang sangat kuat dijadikan argumen untukku menyendiri. Berkawan dalam kesepian.

                Aku menyadari, aku merasa tenang, ketika aku sendirian tanpa ada pelekatan emosional kepada seseorang, khususnya kamu. Karena aku tidak dibudaki oleh nafsu dan sekedar cinta. Aku merasa mandiri karena aku dapat menggunakan kemampuan kognitifku sepenuhnya dan memilih dengan siapa aku ingin menjalin obrolan dan menjalin hubungan mau itu teman, kenalan atau mungkin pasangan. Daripada aku bersamamu, yang tiap hari aku merasa kekosongan emosional, kesepian yang luar biasa, kecemasan yang membunuhku, dan kekhawatiran yang kerapkali memicu depresiku kembali. Karena aku sadari bahwa kau bukanlah orangnya, bukan sosok yang kompatibel dengan personalityku. Kita terlalu jauh. Dan pada detik ini, aku belajar melepaskan sepenuhnya, melepas ikatan, melepas genggaman emosional agar hal-hal baik di luar sana masuk ke dalam hidupku. Karena mungkin bisa saja kau salah satu penghalang dari hal-hal baik yang akan menghampiriku. Tetapi, darimu aku berterima kasih karena banyak memberi pelajaran untukku terus berkembang, menerapkan batasan dan mengenali diriku sepenuhnya. Aku jadi berhati-hati dalam mengucapkan rasa sayang dan cinta pada seseorang karena aku mengetahui makna itu dalam sekali yang dicerminkan dari bagaimana aku harus bersikap kepada seseorang tersebut dan itu membutuhkan aktivitas mental yang cukup besar. Aku juga jadi belajar bagaimana aku harus lebih tegas dengan diriku sendiri untuk menoleran sikap-sikap orang yang akan berpotensi menyaktiiku, menguras harga diriku dan membuatku kerdil.

                Dan yang paling penting adalah, aku belajar menguatkan diri sendiri di kesepian ini, berdamai dengan keheningan dan semakin menyelam ke dasar diri yang paling dalam, menyemai benih kepercayaan terhadap diri sendiri, dan menyelimuti diri dengan perasaan kasih, memaafkan dan menoleransi kekurangan diri. Karena dengan sepi, aku mampu menyatu dengan diriku sendiri ketimbang aku harus melepaskan diriku sendiri ketika bersama denganmu yang membuatku tidak pernah menjadi diriku seutuhnya. 

Komentar

Postingan Populer