Kini Mereka Tahu: Kita Merasakan Hal yang Sama, Bukan?
Semenjak
perpisahan kita beberapa bulan lalu, jujur saja aku masih sering menanyakan bagaimana
hidupmu sekarang ini? Bukan bertanya kepada seseorang, melainkan kepada diri
sendiri yang membuat kepala jadi terasa penuh akan pertanyaan-pertanyaan tentangmu.
Hingga, beberapa hari belakangan ini apa
yang aku pendam, mencuat menjadi pendaran peristiwa melalui dunia mimpi, yang
dalam konsepnya aku mengetahui jika dunia mimpi adalah apa-apa saja yang kita
tekan ke alam bawah sadar, dan aku menyadari bahwa alam sadar dan alam bawah
sadarku dipenuhi segalanya tentangmu. Itu tandanya, aku masih di proses untuk
menerima fakta bahwa kita sudah berpisah bukan? Meski secara fisik aku telah
melepaskanmu, kau pun sama telah melepaskanku, tapi secara emosi, aku masih
melekatkan diri kepadamu. Karena tiap kali kesepian itu muncul, aku kembali
terperangkap pada bayang-bayangmu dan memicu kepalaku sakit tiap kali apa yang
pernah kita lewati kembali mencuat di ingatan.
Sebelum pada akhirnya kita lost
contact sepenuhnya, tepatnya bulan Agustus, beberapa hari yang belum begitu
lama akan perpisahan kita, ada satu lagi yang pernah kita dengar bersama.
Bernadya dengan judul lagunya “Kini Mereka Tahu.” Pada satu ruangan saat kita
mendengar lagu itu, aku berasumsi bahwa dalam hati, kita saling menyindir satu
sama lain untuk segera menyadari perbuatan masing-masing. Namun sekarang,
dengan terpisahnya raga, aku merasa kau bercerita hal yang hanya dari sudut
pandangmu saja tentangku, tentang apa yang terjadi di kita, tanpa kamu tahu
orang yang kau ceritakan bisa merespons dengan emosi yang netral, atau justru
menyalahkan salah satu pihak, atau berpihak ke driimu. Tanpa kau ketahui apakah
orang yang kau ceritakan itu memiliki kemampuan atau daya analisis untuk
menilai ceritamu, dan memaknai apa yang terjadi pada diriku sebelum pada akhirnya
aku memutuskan untuk berselingkuh.
Kembali lagi kita membahas tentang
satu lagu itu, lagu yang cukup menggambarkan diri kita masing-masing pada sudut
pandangmu, dan sudut pandangku. Tiapkali kuputar ulang lagi tersebut, aku
kembali melayangkan persepsiku apa yang sudah kau bagi ke orang lain tentangku
yang kau relasikan dengan lagu tersebut? Namun, tampaknya kau memang sungguh
pencerita ulung, yang mengemas kalimat sederhana tapi penuh rasa untuk
meyakinkan orang bahwa kau adalah sepenuhnya korban atas kisah tragis ini. Hingga
pada akhirnya, orang-orang yang kau ceritakan, entah itu kenalanmu, yang dekat
denganmu, sahabatmu, bahkan mas mu dan mamamu, memiliki persepsi yang semakin
buruk tentang diriku karena ceritamu fokus pada satu Kesimpulan bahwa aku berkhianat
darimu padahal kau telah mengorbankan banyak hal selama 2 tahun bersamaku.
Tiapkali mengingat momen-momen yang menyakitkan selama 2
tahun, memang tidak ada jawaban pasti atas pertanyaan yang aku lontarkan,
mengapa bisa kau tidak berpikir kritis dan mendalam atas sikap yang kau lakukan
selain sikap baikmu? Mengapa kau tidak refleksi terhadap apa yang telah kau ucapkan,
kau apakan tubuhku, sampai membuat aku selalu merasa menjadi Perempuan gila
tiapkali aku menangis.
Apakah
mereka tahu sudah berapa banyak malam yang kuhabiskan untuk menangis tanpa
kehadiranmu secara emosional? Apakah mereka tahu sudah berapa banyak pukulan
dan cengkraman yang kau jejakkan ke beberapa bagian tubuhku? Apakah mereka tahu
sudah berapa banyak hinaan dan makian, serta sumpah serapah yang sering kau
lontarkan kepadaku tiapkali aku menunjukkan kerentananku kepadamu? Dan apakah
mereka tahu sudah sehancur apa diriku yang sudah tidak utuh ketika tiapkali aku
menangis, kau menganggapnya berlebihan, kau membalas memukulku, bahkan
melemparku di depan anak-anak, kau memukuliku membabi buta di depan kedua anak
kita. Mereka lupa untuk bertanya bagian mana yang hilang saat kau menceritakan
akhir kisah kita. Mereka bahkan tidak peduli dengan proses dari perpisahan itu,
karena kau mengarahkan mereka untuk hanya mengambil pada satu Kesimpulan, bahwa
aku mengkhianatimu dan kau adalah korban dari aku yang berselingkuh. Betul bukan?
Kesannya, hanya kau yang boleh merasa dirimu sebagai korban karena diselingkuhi.
Tanpa tahu aku berjuang sendirian menghidupi kedua anak tanpa pekerjaan tetap,
tanpa ada pemasukan tetap, dan tanpa ada kontribusi finansial darimu, karena
kau masih memeluk erat keyakinan bahwa kaulah yang menjadi korban seutuhnya
dalam kisah ini. Hingga keyakinan itu membutakan mata hatimu untuk berbelas kasih
kepada anak-anak, melunturkan rasa tanggung jawabmu meski hanya untuk anak-anak.
Dan
itulah, beberapa yang aku sampaikan dari yang aku rasa saat mendengar lagu Kini
Mereka Tahu. Karena, bukan hanya dirimu merasakan hal yang sama dengan menukar
posisi sebagai seseorang yang sangat merasakan lirik lagu tersebut, karena aku
pun demikian merasakan hal yang sama.
Jadi,
apa kini mereka tahu? Apa yang aku rasakan sebenarnya, tuan?
Komentar
Posting Komentar