PERJALANAN SEBAGAI MENTOR : Kemampuan atau Tidak Percaya Diri?

~ PERJALANAN SEBAGAI MENTOR ~

Dimulai pada tingkat yang kecil sebagai salah anggota perkumpulan siswa-siswi muslim setingkat provinsi, mengantarkanku ke banyaknya pengalaman-pengalaman lain yang juga menawarkan banyak peran serta tugas di dalamnya. 
Tahun 2021, peranku sebagai mentor pertama kali kudapatkan di program Indorelawan, Generasi Bangun Literasi yang berfokus pada peningkatan kesadaran akan literasi di daerah sekitar. 

Berbekal pengetahuan dan pengalaman ku yang sudah-sudah, semampuku aku membimbing para mentee untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Namun tegas kukatakan bahwa aku GAGAL menjadi mentor yang baik pada kesempatan kali ini. Mengapa? Karena aku masih struggle juga untuk mempertahankan semangatku yang ditempa dalam waktu 2 bulan untuk menyelesaikan tugas. Jadi, berefek kepada para mentee yang juga hilang-hilangan. 

KeGAGALan yang kumaksud pun menjadi peluang besar agar diriku belajar lebih jauh apa-apa saja langkah yang harus kutempuh untuk memperbaiki kelemahan ini. Dan yang terpenting pun, aku belajar sekali bagaimana membangun citra diri yang positif at least terhadap diri sendiri untuk tetap percaya diri tampil sebagai mentor di depan mentee-mentee yang rata-rata berkuliah atau sudah lulus kuliah/bekerja. Juga background pengalaman -pengalaman mereka yang jauh lebih banyak jam terbangnya. 

Aku hanya lulusan SMA dengan segudang pengalaman dan pengetahuan yang kutempa, kuracik, kuramu oleh diriku sendiri, ditambah rasa percaya diri juga paham akan tugas serta kewajiban menjadi bekalku untuk optimis membimbing para mentee. 

Tahun ini, 2022, aku diberikan kesempatan lagi tampil sebagai mentor di Akademi Relawan pada bidang pendidikan dan kesehatan. Sebelum mengapply, sempat berpikir sesuatu yang ruminasi, menghadirkan rasa ketidakpercayaan diri. Yaitu bahwa aku hanyalah lulusan SMA yang tidak memiliki label menguasai satu program studi apapun juga tidak berada di satu tempat universitas pun. Namun, semua itu ditepis oleh kesadaran diriku yang penuh akan keberhargaan terhadap pengalaman-pengalaman yang telah terukir. Pengalaman yang menghadirkan banyak pelajaran juga banyak mengubah tiap aspek dalam hidupku. 

Sebelumnya, seringkali aku melihat persyaratan-persyaratan untuk bergabung ke suatu komunitas atau organisasi. Syarat umum yang kutemukan bahwa calon harus seorang mahasiswi/a dan berada di program studi tertentu. Sempat terpikirkan olehku perihal ini, "apakah yang memiliki label selalu punya daya tarik kepercayaan lebih tinggi? apakah suatu label yang formal dan resmi menjadi alasan yang kuat untuk memvalidasi kemampuan?". dan tentu saja jawaban yang kutemukan adalah TIDAK. 

Untuk orang-orang di luar sana yang seperti ku, ekstra effort untuk masuk ke dunia perkuliahan, belum berkesempatan mengecap dunia perkuliahan, tidak menutup kemungkinan bahwa kami juga memiliki kemampuan yang mumpuni pada bidang yang kami tekuni selama bertahun-tahun. 

Memang betul referensi belajar kami bukan dari lembaga pendidikan formal yang terjamin keabsahan ilmunya. Namun, kami pun terbentuk langsung dari pengalaman hidup yang tidak kalah penuh pelajarannya dari pelajaran-pelajaran formal di sekolah-sekolah atau universitas-universitas. 

Komentar

Postingan Populer